Oleh : Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Pertengahan tahun 2000,
direktur PT Bukit Asam (BA) mendatangi saya dengan wajah murung. Ia
menyampaikan berita sedih, yaitu PT BA UPO (Unit Produksi Ombilin)
terpaksa ditutup. PT BA UPO terus-menerus merugi. Biaya operasional
kegiatan pertambangan ini terlalu mahal, jauh lebih tinggi dibanding
penghasilan yang diperoleh.
Sebagai ketua Komisi VII DPR RI yang
salah satu bidang tugasnya adalah energi dan sumber daya mineral saat
itu, saya cukup kaget dan terpukul dengan berita itu. Betapa tidak,
Sawahlunto adalah kota yang denyut kehidupan ekonominya berasal
dari tambang batu bara Ombilin (PT UPO). Tak kurang 55.000 jiwa penduduk
Sawahlunto baik secara langsung maupun tak langsung menggantungkan
kehidupan ekonomi mereka pada kegiatan tambang “emas hitam” ini. Jika
sumber ekonomi mereka itu dicabut, bagaimana mereka bisa mencari nafkah
untuk bertahan hidup?
Kami lalu membahas masalah ini secara serius dengan stakeholders
terkait. Kami coba mencari solusi agar PT BA UPO tidak ditutup dan
sekitar 55.000 jiwa masyarakat di daerah itu tetap memperoleh sumber
mata pencarian. Namun hasilnya nihil, tak ada pilihan lain, PT BA UPO
tetap harus ditutup. Alternatif yang ada cuma satu, PT BA UPO ditutup
secara bertahap, agar tidak terjadi kepanikan masyarakat Sawahlunto
secara keseluruhan. Secara bertahap kegiatan PT BA UPO dikurangi, dan
secara bertahap dilakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) terhadap
karyawan PT BA UPO.
Saya ngeri membayangkan apa yang akan
terjadi di Sawahlunto di kemudian hari. Ribuan karyawan di PHK dan
kehilangan pekerjaan. Daerah-daerah kering dan tandus terhampar di
mana-mana, bekas kegiatan tambang. Kawah-kawah raksasa juga menganga di
sejumlah tempat, juga bekas aktivitas tambang. Lahan tersebut
menjadi lahan mati, tak bisa lagi digunakan untuk bertani. Sudah
terbayang di kepala bahwa Sawahlunto akan menjadi kota mati atau kota
hantu yang ditinggal pergi penduduknya.
Pada saat genting seperti itulah Ir
Amran Nur “dipinang” oleh DPRD setempat untuk menjadi wali kota. Putra
asli Talawi Sawahlunto lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan
berkarir di sektor swasta di Jakarta dan lama tak pulang ke
kampung ini, juga tersentak melihat kondisi Sawahlunto saat itu.
Sawahlunto yang dulu mengalami kejayaan sejak zaman pemerintahan
Belanda (1888), kini segera akan menjelma menjadi kota hantu.
Singkat cerita, Amran Nur bersedia
menjadi wali kota Sawahlunto dan bertekad ingin berbakti untuk
kampung halamannya, meski pada awalnya ditentang keluarga. Ia resmi
dilantik menjadi Wali Kota Sawahlunto tahun 2003.
Apa yang dikhawatirkan itu, ternyata
memang terjadi. Ribuan masyarakat mulai meninggalkan daerah ini,
pindah ke daerah lain untuk memperbaiki ekonomi mereka, mencari
penghidupan baru. Penduduk Sawahlunto menurut data statistik
berjumlah sekitar 55.000 jiwa pada tahun 1995, menyusut drastis
menjadi sekitar 50.000 jiwa pada tahun 2000 dan terus menyusut di
tahun-tahun berikutnya.
Karena itu, Wali Kota Amran Nur memberi
motivasi kepada masyarakat agar tidak putus asa dan tidak meninggalkan
Sawahlunto. Boleh saja usaha tambang batu bara tak lagi menghasilan
uang, tapi bekas tambang batu bara masih bisa menghasilkan uang.
Caranya adalah dengan menjadikan bekas tambang yang penuh sejarah
beserta semua komponen yang menyertainya itu menjadi objek wisata.
Lubang tambang Suro lalu dipoles dan
dilengkapi dengan sejumlah fasilitas, sehingga menarik untuk
dikunjungi wisatawan. Begitu juga stasiun kereta api dimodifikasi
menjadi museum kereta api terbaik kedua di Indonesia setelah Ambarawa.
Bangunan-bangunan unik peninggalan Belanda yang berumur lebih dari
seratus tahun direnovasi, sehingga menarik bagi wisatawan dari berbagai
penjuru dunia.
Bagi masyarakat yang lingkungannya
berpotensi sebagai objek wisata, pemda memberikan stimulan berupa
dana untuk memperbaiki lingkungan mereka tersebut secara mandiri.
Sedangkan investor yang ingin menanamkan modal di daerah ini baik di
bidang perdagangan, perhotelan dan pariwisata, diberikan berbagai
kemudahan sebesar-besarnya.
Bagi masyarakat yang bergerak di bidang
pertanian, perkebunan dan peternakan diberikan bantuan stimulan berupa
bibit cokelat, pupuk atau bibit ternak. Untuk memperlancar aktivitas
pertanian juga dibangun jalan-jalan ke lokasi tani yang diberi nama
jalan 10 menit. Petani diberikan julukan pengusaha tani, untuk
meningkatkan semangat dan rasa percaya diri mereka.
Kawah yang menganga dijadikan danau
buatan, lalu dilengkapi dengan berbagai fasilitas wisata. Sebagian
lahan gersang itu juga disulap menjadi arena olahraga dan pacuan kuda.
Alhasil, Sawahlunto telah memiliki sejumlah objek rekreasi yang
terkenal dan menyedot ribuan pengunjung. Sebut saja water boom,
Muarokalaban, atau kawasan wisata Danau Kandi yang dikunjungi puluhan
ribu sampai ratusan ribu pengunjung setiap tahunnya.
Kekhawatiran Sawahlunto menjadi kota
hantu hilang sudah. Kini kehidupan ekonomi di kota berdiri sejak tahun
1888 itu kembali bergairah, baik di bidang pariwisata, perdagangan,
maupun pertanian. Jumlah penduduk Sawahlunto yang sebelumnya sempat
menurun drastis akibat eksodus, kembali normal dan cenderung terus
meningkat. Kemajuan juga dirasakan di bidang kesehatan, pendidikan,
agama dan budaya.
Inovasi dan terobosan yang dilakukan
Wali Kota Sawahlunto beserta perangkat daerah setempat tersebut
mendapat apresiasi dari berbagai pihak, baik swasta maupun pemerintah.
Atas prestasinya, majalah Tempo bulan Desember 2012
memberikan penghargaan kepada Ir Amran Nur sebagai 7 Wali Kota Pilihan
di Indonesia (Bukan Wali Kota Biasa). Ia juga mendapat sejumlah
penghargaan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kemiskinan dan
pengangguran di Sawahlunto terendah dibandingkan kota/kabupaten lain
se-Sumatera Barat.
Untuk memacu percepatan pembangunan
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kita memang butuh
pimpinan daerah (bupati dan wali kota) yang campin, inovatif dan penuh
dedikasi seperti Amran Nur. Melihat semangat dan fenomena yang ada, saya
yakin umumnya bupati/wali kota yang memimpin kota/kabupaten di
Sumatera Barat saat ini adalah orang-orang pilihan, yang juga memiliki
semangat dan daya juang tinggi. Buktinya, prestasi mereka telah banyak
bermunculan ke permukaan. Masing-masing kota dan kabupaten
berlomba-lomba menunjukkan prestasi.
Kita berharap dan yakin prestasi itu terus berlanjut.
Bagi kota dan kabupaten yang segera akan
melakukan pemilihan wali kota/bupati. Sebaiknya pilihlah pemimpin yang
memang memiliki kemampuan memimpin dan berinovasi. Seperti hadis nabi,
apabila jabatan disia-siakan dan suatu jabatan diserahkan kepada
selain ahlinya, maka tunggulah kehancuran. Pemimpin yang baik akan
membawa kemaslahatan bagi umatnya, sebaliknya pemimpin yang tidak baik
akan membawa kehancuran. (*)