This is an example of a HTML caption with a link.

Rabu, 30 Januari 2013

Pesona Goa Batu Tapak Kudo

 

Apa Bila kita mendengar nama Sawahlunto, yang terbayang adalah sebuah kota penghasil batu bara zaman kolonila dengan bangunan bangunan ala eropa yang masih berdiri kokoh dan di jadikan sebagai objek wisata kota tua. Selain bangungan bangunan tersebut, ternyata potensi alampun banyak terdapat di Kota Arang ini Salah Satunya adalah Goa, yang terdapat di Kenagarian Kajai, Desa Balai Batu Sandaran Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto.


Salah Satu Goa Alam yang terdapat di nagari Kajai desa Balai Batu Sandaran Kab. Barangin Kota Sawahlunto
Kolam di Sekitar Goa
Lobang Lobang Batu di dinding Goa
Mencoba Masuk di Pintu Goa
Pintu masuk di mulut goa
Pose dulu sebelum Goa
Sawah bertingkat sekitar Goa




Selasa, 29 Januari 2013

Jadoel #1 - Kantor PT.BA

Kantoor van de steenkolenmijn Ombilin te Sawahloento

  Bangunan ini masih berdiri kokoh sampai sekarang yang di gunakan sebagai Gedung Kantor PT,BA Upo Ombilin. Gedung PT.BA ini merupakan Landmark Kota Sawahlunto karna mampu memberi Persepsi dan orientasi bagi setiap pengamat. hal itu terjadi karena skalanya lebih besar dibanding gedung tua bersejarah peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda Lainnya.

foto di Atas diperkirakan di jepret pada tahun 1910, Pada masa masa kejayaan Batu Bara di Sawahlunto beberalama setelah di temukan oleh Willian De Greve.

Sumber Foto : klik disini





Jumat, 25 Januari 2013

Tumerco Band Show

Tumerco Band Sawahlunto
Group Band era 80 an Kota Sawahlunto kembali membankitkan memori mereka bermusik, walau pun mereka baru aktif kembali setelah beberapa lama vakum keahlian masing masing personil tetap relatif sama seperti masih muda dulu.

Tumerco Band itu lah nama group mereka yang bermakas di tangsi baru Kota Sawahlunto, kali ini bukan tampil dalam panggung band specktakuler atau festival band yang banyak di ikuti group group band yang berpersonil anak muda, melainkan mereka ikut mereamaikan event "Ngamen Asyik" yang di usung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto dalam rangka turut meramaikan areal kuliner pasar setiap malam minggu.

 Bukan hanya lagu lagu jadul pada zaman kejayaan mereka saja yang di bawakan, lagu lagu trend sekarang pun mereka hajar, hingga memukau setiap pengunjung yang lewat maupun memang sengaja menikmati santap malam di areal tersebut.



KIRAB 1000 APEM DI SAWAHLUNTO

Arak Arakan "Kirab Seribu Apam" di Pasar Sawahlunto


Sawahlunto, Kota Wisata Tambang nan Berbudaya, dari dulu, sejak era Hindia Belanda dikenal luas sebagai ‘kota tambang batubara’. Berkah kekayaan sumber daya batubara telah menarik banyak orang dan bangsa, etnik-suku untuk datang ke daerah yang terletak di Lembah Lunto ini. Bahkan berbagai etnik dari berbagai suku bangsa dimobilisasi kolonial Belanda ke Sawahlunto untuk menggerakkan aktivitas penambangan batubara. Waktu berjalan, puluhan sampai berabab lamanya, Sawahlunto menjadi tempat hidup banyak orang dari berbagai latarbelakan


Diantara sekian banyak etnik yang eksis keradaannya di Sawahlunto etnik Jawa disebut-sebut sebagai etnis terbesar setelah etnik lokal Minang. Setiap etnik hidup berdampingan dalam adaptasi kultur dan budaya yang berkembang di Sawahlunto. Kita dengan mudah menemukan berbagai kebudayaan masyarakat Jawa-Sawahlunto. Dalam berbagai perhelatan kebudayaan Jawa turut serta dan memainkan perannya.

Baru-baru ini pada hari kamis tanggal 24 Januari 2013, dalam rangka Memperingati Maulid Nabi Muhammad dalam Wisata Budaya dan Religius di Sawahlunto digelar sebuah kirab yang dinamai Kirab Seribu Apem. Selain menyambut Maulid Nabi Muhammad, Kirab Seribu Apem juga sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih tak terhingga kepada Gusti Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rezeki pada umat manusia. Selain itu kegiatan ini adalah bentuk silaturahmi masyarakat keturunan Jawa yang telah lama hidup di Kota Wisata Tambang Berbudaya.

Kegiatan berupa arak arakan budaya kejawen ini boleh dibilang pertama kali digelar di Sawahlunto dan dilaksanakan oleh Paguyuban Sapu Jagad yang lokasi markasnya tidak begitu jauh dari gerbang menuju Objek Wisata Puncak Polan di Tanjung Sari. Walaupun paguyuban ini relatif baru lahir, beberapa tahun belakangan tetapi sudah menampakkan eksistensinya dalam mengembangkan budaya kampung halaman mereka. Paguyuban ini juga rutin berlatih mengembangkan seni budaya seperti; tarian, atraksi kudakepang, pembuatan topeng khas Jawa dan barongan sebagai properti pertunjukan kuda kepang.


Kegiatan Arak Arakan
Kirab 1000 Apem, membawa tandu gunungan setinggi kurang lebih 2,5 meter berisi makanan khas daerah yang di sebut apem yang terbuat dari tepung beras. Gunungan apem ini diarak mulai dari Kantor Camat Lembah Segar daerah Tanjung Sari menuju Lapangan Segi Tiga di depan Kantor PT. BA UPO melalui Pasar dan sebagian “Kota Lama” Sawahlunto.
Tidak hanya gunungan apam yang di arak keliling Kota Tua Sawahlunto, tandu gunungan tumpeng dan tandu buah buah disemarakkan dua buah ondel ondel dalam barisan arak-arakan. Tidak ketinggalan barisan penari kuda kepang dengan musik pengiring atraksi kuda kepang. Masih diramikan lagi oleh tim Marsal Komunitas Motor Sawahlunto dan Komunitas Sepeda Tua Ontel dan pakaian pengantin khas Jawa.. Arak-arakan mengambil titik start di Kantor Camat Lembah Segar. Sebelum arak-arakan dimulai didahului pembacaan do’a bersama dan penyerahah gunungan dari Camat kepada Paguyuban Sapu Jagad. Selanjutnya arak-arakan menempuh perjalanan melewati daerah Tanjung Sari-Kelok S-Pasar Sawahlunto-Pasar Remaja-Jalan di depan Hotel Ombilin/Gedung Pusat Kebudayaan  dan finish di Lapangan Segitiga. 

Arak Arakan Gunungan tumpeng, dan buah hasil panen
Finish di Lapangan Segitiga, arak-arakan di sambut dan di serahkan kepada  Wali Kota Sawahlunto untuk selanjutnya diserahkan kembali kepada masyarakat Sawahlunto. Ketika Wali Kota Sawahlunto memulai sambutannya, masyarakat bersiap menunggu rebutan apem. Masyarakat semakin merapat dan semakin mendekati gunungan apem dan tumpeng. Seperitnya mereka sudah tidak sabaran untuk mendapatakan berkah gunungan apem dan tumpengan. Pembagian dan berebut gunungan dan tumpengan dan berkahnya pun berlangsung ramai. Acara kemudian acara dilanjutkan dengan atraksi ondel ondel dan penampilan tarian kudang kepang, dan juga atraksi ekstrim seperti membuka sabut kelapa dengan gigi, memakan kaca atau beling, hingga memecahkan kelapa dengan kepala.

Bagaiamana Persiapan Kirab Seribu Apem di Sawahlunto?
1.    Pembuatan tandu/kerangka tempat penempatan apem dan tumpeng serta tempat jajanan pasar dimulai hari selasa tanggal 15 Januari 2013, yang diawali dengan pencarian bambu yang akan digunakan untuk pembuatan tandu
Bahan bahan terdiri dari :
a.    Bambu kuning
b.    Kayu
c.     Bambu hijau
d.    Atap rumbia
Proses pembuatan tandu diawali dengan penebangan bambu oleh pimpinan paguyuban yang diawali dengan ritual/zikir. Selanjutnya bambu yang ditebang didiamkan selama 2 hari 2 malam, setelah itu barulah dilakukan pembuatan kerangka tandu. Pembuatan kerangka ini memakan waktu + 7 hari.
2.    Pada tanggal 23 Januari 2013, dilakukan pembuatan apam dari nasi tumpeng yang diawali dengan zikir bersama pada jam 20.00 wib yang dilakukan oleh seluruh anggota paguyuban dan beberapa tokoh masyarakat, yang diawali dengan pencucian beras pertama oleh pimpinan paguyuban untuk selanjutnya dimasak sebagai bahan pembuatan tumpeng yang akan dibawa pada acara kirab 1000 Apem. Proses pembuatan apem diserahkan kepada Masyarakat yang ahli dalam pembuatan apem tersebut. Sedangkan proses pembuatan apem tersebut dimulai pada malam pergantian hari pada jam 24.00 Wib tanggal 23 Januari 2013.
3.    Kegiatan Kerap Seribu Apem
Diawali dengan doa bersama yang dihadari oleh tokoh masyarakat didepan Kantor Camat Lembah Segar Kota Sawahlunto, kemudian tokoh masyarakat menyerahkan kepada Bapak Camat untuk diserahkan kepada ketua paguyuban untuk diarak keliling Kota Sawahlunto. Sesampainya di alun-alun Kota Sawahlunto diserahkan kepada Bapak Walikota Sawahlunto, kemudian apem tersebut diserahkan kepada masyarakat untuk diperebutkan.


Tentatif Acara Kirab 1000 Apem

1.       Pukul 09.00Wib : Berangkat dari sekretariat Paguyuban Sapu Jagad menuju kantor Camat  Lembah Segar
2.       Persiapan di Kantor Camat Lembah Segar
3.       Pukul 13.30 Wib : Berangkat Dari Kantor Camat Menuju Pusat Kota Sawahlunto.
4.       Pukul 15.00 Wib : Pembukaan Acara Yang Dibuka Oleh Bapak Walikota Sawahlunto
5.       Pukul 15.30 Wib : Penyerahan Arak-Arakan Seribu Apem Oleh Anggota Paguyuban Kepada Toko Masyarakat.
6.       Pukul 15.40 Wib : Pemotongan Tumpeng oleh Bapak Walikota Sawahlunto
7.       Pukul 16.00 Wib : Penyerahan Arak-Arakan Kepada Masyarakat Untuk Diperebutkan
8.       Pukul 16.00 Wib s/d Selesai pagelaran dari group Sapu Jagad dengan Atraksi seni-budaya ondel-ondel dan kuda kepang



Rabu, 23 Januari 2013

Menengok Museum Goedang Ransoem di Sawahlunto

KOMPAS.com - WH de Greeve, seorang ahli geologi Belanda sekaligus ‘Sang Penemu’ batu bara di Sawahlunto tahun 1868 memperkirakan ada lebih dari 200 juta ton kandungan mutiara mitam atau batu bara di Sawahlunto.
Inilah yang memicu Pemerintah Hindia Belanda berikutnya menanamkan modal sekitar 5,5 juta gulden untuk membangun pemukiman dan fasilitas penambangan Ombilin.  Kemudian dibangunlah jalur kereta api Sawahlunto ke Teluk Bayur di Kota Padang (saat itu bernama Emma Haven) dan juga didatangkan peralatan penambangan langsung dari Jerman.
Museum ini berbeda dengan museum umumnya yang ada di Indonesia. Apa bedanya? Kita temukan cerita menariknya.
“Memahami masa silam untuk menata masa depan”. Itulah sebuah tulisan sarat makna terpampang tepat di samping pintu masuk Museum Goedang Ransoem. Tulisan tersebut seakan menjadi awal dibukanya pengetahuan baru bagi Anda saat berkunjung ke tempat luar biasa ini.
Museum Goedang Ransoem berlokasi di Jalan Abdul Rahman Hakim, Kelurahan Air Dingin, Sawahlunto, Sumatera Barat. Lokasi museum ini sekitar 94 kilometer atau 2 jam perjalanan dengan kendaraan dari Kota Padang, Sumatera Barat.
Kota Sawahlunto dulunya dikenal sebagai penghasil batu bara terbesar di Nusantara. Dari kota inilah Pemerintah Hindia Belanda meraup keuntungan amat besar sebagai sebuah eksekusi nyata dari ‘penjajahan’. Akan ada kesan dan pengalaman berharga dari Sawahlunto bagi Indonesia untuk anak cucu di masa akan datang.
Museum Goedang Ransoem sendiri menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses pertambangan di Sawahlunto. Koleksi museumnya berjumlah 150 buah, itu belum termasuk koleksi foto lama yang berjumlah lebih dari 250 buah.
Untuk melihat peralatan dapur mungkin hal biasa tetapi bagaimana bila Anda melihat koleksi peralatan dapur yang berukuran raksasa? Nah, Anda dapat melihatnya di Museum Goedang Ransoem.
Awalnya gedung Museum Goedang Ransoem adalah kawasan dapur umum bagi pekerja tambang yang dibangun tahun 1881. Tempat ini memiliki dua buah gudang besar dan tungku pembakaran (steam generator). Tempat ini mempekerjakan sekitar 100 orang karyawan dan setiap harinya memasak lebih dari 65 pikul nasi atau setara 3.900 kilogram nasi untuk pekerja tambang batubara (orang rantai), keluarga pekerja tambang (orang kawalan), dan pasien rumah sakit.
Menu makanannya saat itu adalah nasi, daging, ikan asin, telur asin, sawi putih dan hijau, serta kol. Makanan tersebut diberikan pada siang dan malam hari. Untuk sarapannya pukul 10 pagi berupa lapek-lapek, dibuat dari beras ketan merah dibubuhi kelapa serta gula merah dan dibungkus daun pisang. Untuk minumannya adalah teh.
Pada masa saat itu, menu makanan tersebut terbilang cukup baik mengingat Pemerintah Hindia Belanda berkepentingan agar pekerja tambang (pekerja kontrak dan pekerja paksa orang rantai) dapat produktif sehingga menghasilkan keuntungan besar untuk pemerintah. Saat ini Anda dapat melihat replika bentuk makanan tersebut di museum ini.
Bahan bakar memasaknya saat itu menggunakan sistem uap dimana tepat di bawah ruang masak terdapat ruang bawah tanah dengan pipa cerobong yang mengalirkan uap panas untuk 20 tungku. Uap panas ini berasal dari air panas yang direbus dengan menggunakan boiler di atas perbukitan yang dialirkan uapnya ke dapur.
Gedung Museum Goedang Ransoem sempat menjadi tempat aktivitas memasak untuk tentara dalam skala besar pada masa Pendudukan Jepang hingga Agresi Belanda II. Di masa revolusi kemerdekaan, kawasan ini digunakan sebagai tempat memasak makanan tentara.
Setelah kemerdekaan sempat digunakan sebagai kantor Perusahaan Tambang Batu Bara Ombilin, gedung SMP Ombilin (1960-1970), hunian karyawan Tambang Batu Bara Ombilin (sampai 1980), dan juga hunian masyarakat setempat hingga 2004.
Berikutnya pada 2005 kawasan ini dikonservasi dan ditata pemerintah Kota Sawahlunto untuk acara permuseuman hingga 17 Desember 2005 dibuka resmi oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla.
Harga tiket masuk museum ini adalah Rp 4.000 untuk dewasa, dan Rp 2.000 untuk anak-anak. Jam aktif kunjungan museum ini adalah pada Selasa hingga Jumat 07.30-16.30, Sabtu dan Minggu 09.00-16.00.
Editor :
I Made Asdhiana



Minggu, 20 Januari 2013

Pentas Seni Campur Sari

Group Campur Sari Tambo Ati Hibur Malam Mingguan Pengunjung Lapangan Segitiga Sawahlunto.

Alunan musik yang di dominasi saron (alat musik pukul khas jawa) mengiringi berbagi genre lagu ditaman lapangan segitiga sabtu malam mulai pukul 20.00 wib. Kegiatan ini adalah program rutin Dinas Pariwista dan Kebudayaan Kota Sawahlunto dalam rangka pengembangan dan pembinaan seni budaya daerah.

Tambo ati adalah salah satu dari beberapa group campur sari yang tumbuh dan berkembang di Kota Sawahlunto dan juga banyak peminat karna Kota Sawahlunto mempunyai masyarakat yang heterogen, jadi tanpa pandang bulu setiap masyarakat kota arang ini selalu menikmati setiap hiburan yang di Suguhkan di Lapangan Segitiga ini.

Uniknya para pemain campur sari yang bermarkas di daerah Muaro Kalaban ini terdiri dari para pedagang keliling, gerobak dan jajanan khas jawa seperti Bakso, Mie Ayam, Bakso Colek, Jamu dan lainnya. jadi tidak heran apa bila pada pagi sampai sore kita temui mereka sebagai pedagang dan pada malam hari nya jadi artist di Panggung Campur Sari



Sabtu, 19 Januari 2013

Lapangan Segi Tiga "Lapseg" Sawahlunto



Pentas Seni Budaya di Lapangan Segitiga Kota Sawahlunto

Lapangan Segitiga Kota Sawahlunto terdapat persis di depan Bangunan Gedung PT.Ba Upo, ini adalah alun alun kota Masyarakat Kota Sawahlunto yang ramai dikunjungan warga kota maupun luar Kota Sawahlunto. Kawasan ini sangat mudah dijangkau dan strategis, karena dilewati oleh jalur kemanapun tujuan di dalam kota Sawahlunto.

Patung Pekerja Tambang di Kawasan Lapseg.
Kawasan yang lebih akrab di sebut “Lapseg” oleh warga kota arang ini sangat nyaman dan bersih untuk dikunjungi, walaupun hanya untuk duduk santai ataupun menikmati berbagai jajanan kuliner yang mulai dibuka setiap pukul 15.00 sore setiap hari nya. juga tersedia Free hotspot bagi siapa pun yang akan berselancar di dunia maya sambil menikmati asri nya Sawahlunto.

di tempat ini juga sering digelar berbagai seni pertunjukan dan hiburan rakyat seperti parade band, kesenian kuda kepang, wayang kulit dan pentas seni budaya rutin setiap malam minggu,maupun event event berskala internasional seperti open ceremony tour de Singkarak tahun 2012.

Dari  Hotel Ombilin Kota Sawahlunto, menuju lapseg bisa jalan kaki karena hanya berjarak sekitar kurang lebih 100m, perjalanan juga dapat di lanjutkan menuju gedung info box dan Lubang Tambang mbah soero yang mana berjarak sekitar 150m.

Pedagang T shirt dan Topi Souveni Sawahlunto di Lapseg

map lapseg


View Larger Map



Jumat, 18 Januari 2013

Danau Kandi Sawahlunto

Danau Wisata Kandi Kota Sawahlunto,

Danau Kandi adalah sebuah Danau bekas galian tambang yang terletak di Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto. Terbentuknya danau ini adalah karna jebolnya tanggul penahan aliran Sungai Ombilin. Oleh Pemko Sawahlunto kawasan ini dijadikan sebagai salah satu daya darik Pariwisata. Objek Wisata yang terdapat di seputar Danau Kandi ini atara lain adalah Taman Satwa Kandi, Taman Pemekaran Buaya dan Taman Kupu Kupu dan Juga Areal Pacu Kuda no 2 terbesar di Indonesia.

Untuk mencapai danau Kandi ini dari Pusat Kota Sawahlunto sekitar 15 Menit berkendraan, yang juga merupakan jalur lintas Sawahlunto menuju Batusangkar atau sebaliknya. Jasa transportasi dari pusat Kota Sawahlunto bisa menggunakan Angkutan kota jurusan Talawi atau ojek ojek yang terdapat di seiktar Pasar Kota Sawahlunto. Jikalau dari Kota Bukittinggi dapat menggunakan Bus MKZ, dan Kandi Wisata.

Untuk Informasi Penginapan di Daerah Kecamatan Talawi dapat Melihat data Info Homestay disini.  (Syukri)

Suasana Penggalian Batu Bara di Areal Danau Kandi.
Bunga di Tepi Danau Alangkah indahnya

Mushala di Areal Danau Wisata Kandi

   

Maps Danau Kandi Sawahlunto


View Larger Map



Kisah Ngeri Manusia Rantai di Sawahlunto

Oleh: Faela Shafa - detikTravel


img

Lubang Mbah Soero di Sawahlunto (Shafa/detikTravel)

gb

gb
gbSawahlunto - Manusia rantai adalah orang pribumi yang dijadikan budak oleh penjajah Belanda. Banyak dari mereka menemui ajal saat menambang batu bara. Kita bisa mengetahui kisahnya di Lubang Mbah Soero, Sawahlunto.

Lubang itu terlihat basah meski udara sedang cerah-cerahnya di Kelurahan Tanah Lapang, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Seorang pemandu wisata bernama Pak Win sedang menjelaskan kisah awal Lubang Mbah Soero di pintu masuk. Sebelum masuk ke dalam lubang, para pengunjung, termasuk detikTravel, wajib mengenakan helm dan sepatu boots untuk keamanan.

"Lubang ini dibuka pada tahun 2008. Butuh waktu sekitar 5 bulan untuk membuat tangga dan pegangan untuk memudahkan para wisatawan," ujar Pak Win sambil mengajak masuk ke dalam lubang.

Baru selangkah memasuki lubang, kami pun langsung tahu alasan harus menggunakan sepatu boots. Tangga hampir selalu basah dengan air yang mengalir dari beberapa sumber mata air. Belum lagi tetesan air dari dinding lubang, helm pun jadi pelindung yang sempurna. Selain itu, ketinggian lubang di sini tidak lebih dari 2,5 meter.

Dulunya, lubang ini dibangun untuk mengambil batu bara yang tersimpan di dalam tanah Sawahlunto. Banyak budak atau manusia rantai yang dikerahkan untuk menggali batu bara di sini karena memang memiliki kualitas batu bara yang sangat baik. Disebut manusia rantai, karena kaki setiap budak dirantai dengan bola besi yang berat.

Mereka bekerja siang malam tanpa henti. Jika melawan kehendak, pecutan dan ragam siksaan lain akan didapat. Karena terlalu keras, tak sedikit dari manusia rantai yang akhirnya jatuh sakit. Alih-alih dilarikan ke rumah sakit atau posko kesehatan terdekat, mereka malah ditaruh di sebuah lubang lainnya.

Tidak ada bantuan medis. Mereka yang sakit hanya didiamkan di sana hingga dijemput ajal. Saat sedang membersihkan lubang dan membangun lantai untuk memudahkan para pengunjung, beberapa pekerja pun menemukan tulang-belulang manusia.

"Saya sendiri menemukan tulang-tulang di sini," kata Pak Win sambil menunjuk sebuah lubang.

"Setelah ditemukan, kami taruh di museum untuk edukasi masyarakat. Namun kami (para pekerja yang menemukan) 'didatangi' pemilik tulang yang meminta untuk dikuburkan dengan cara semestinya," lanjut Pak Win dengan tatapan serius.

Jika Anda berkunjung ke sana, angin sejuk akan terasa perlahan, itu karena ada udara yang selalu mengalir ke dalam melalui ventilasi. Jika tidak, lubang itu akan terasa sangat pengap. Bayangkan bagaimana para manusia rantai yang bekerja pada kala itu. Tak ada ventilasi dan tak ada lampu.

Batu bara pun masih bisa terlihat di dinding lubang. Batu hitam mengkilat terlihat seperti dinding yang kokoh. Sebenarnya, batu bara ini bisa saja diambil, namun akan membahayakan tanah kawasan tersebut jika terus dikeruk.
 
Sumber : disini




Senin, 14 Januari 2013

Musisi Kreatif Sawahlunto "Ngamen Asyik" di Areal Kuliner

Malam minggu kali ini kembali terasa indah di Kota Arang Sawahlunto, hadir ditengah keramaian pengunjung areal kuliner pasar Sawahlunto sekelompok anak muda memegang beberapa instrument musik seperti Guitar, Djembe, Bass, Drumset dan beberapa orang bergoyang sambil memegang mic yang berperan sebagai vokalis. Aneka lagu dan musik dimainkan mulai dari lagu pop, rock, reage dan tidak lupa lagu daerah.

Kegiatan ini merupakan bagian dari dukungan terhadap visi kota "Sawahlunto Menjadi Kota Wisata Tambang Berbudaya" yang diberi tajuk "Ngamen Asyik". Aksi demo musik yang di usung oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto di Areal Pasar tepat nya di Terminal Pasar karena di siang hari tempat ini adalah daerah mangkal nya Angkot jurusan Talawi dan Muaro Kalaban, dikala matahari mulai mengakhiri tugasnya tempat ini berubah menjadi lokasi tujuan masyarakat atau pengunjung sawahlunto mencari hidangan makan malam.

 Ada berbagai pilihan makan tersedia di tempat ini mulai dari makanan ringan hingga santapan makan besar, seperti Aneka Gorengan, tahu Brontak, Mpek Mpek, Bakso, Mie Ayam, Sate Madura, Nasi Ampera, Pecel lele dan juga minuman khas malam kota Sawahlunto seperti Teh Talua dan Skoteng.
Serasa serasi dian lengkap menikmati malam mingguan di Sawahlunto, baik bersama sahabat maupun bersama keluarga tidak hanya kuliner melainkan di hibur dengan Live Musik, seperti yang telah dinikmati penunjung kuliner pada hari Sabtu tanggal 12 Januari 2012 kemaren panggung "Ngamen Asyik" di isi oleh gabungan musisi muda kreatif Sawahlunto dan akan digilir setiap minggunya oleh para musisi sawahlunto maupun musisi luar kota yang ini berpartisipasi pada kegiatan ini seperti tahun lalu partisipasi "Ngamen  Asyik" datang dari Padang, Kab. Solok, Padangpanjang dan Kota Solok.

Diharapkan dengan dilaksanakannya rutinitas hiburan musik live dengan tajuk "Ngamen Asyik" ini akan meningkat potensi kunjungan wisatawan ke Kota Sawahlunto sebaliknya diharapkan juga peningkatan kwalitas pelayan oleh para pedagang dan juga kebersihan Areal Sekitar (Syukri)




Budaya Sawahlunto yang Tiada Duanya


sawahlunto


Indonesia itu memang ajib banget. Budayanya keren dan beragam abies. Kayak budaya yang satu ini, dari Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Kota Sawahlunto ini dulunya terkenal karena merupakan Kota Tambang pertama di Indonesia. Wiih hebat, heheh kita dengerin yuk laporan Kak Erric Permana mengenai budaya dari Kota ini.

Pernah dengar bunyi musik khas Minang? Ituloh ada bunyi-bunyian Saluang atau alat musik tiup seperti suling dengan bunyinya yang khas.  Musik dengan Saluang dan Talempong memang menjadi musik khas dari Sumatera Barat atau musik tradisional Minang.

Akhir bulan September kemarin, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat menggelar pameran di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Seperti apa sih acaranya ? Kita tanya langsung yuk ke Pak Medi Iswandi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwista Sawahlunto.

“ Ada dua point disini yakni promosi nasional kota Sawahlunto dan mengangkat kembali Songket Silungkang yang berumur ratusan tahun ke tingkat Internasional karena dulu pernah terkenal pada zaman sebelum kemerdekaan. Disini ada pameran foto dan budaya-budaya disana, karena ada berbagai macam budaya disana. kemudian di pameran kami menonjolkan Kota Tambang Wisata.”
Sepertinya seru yah Sobat Teen, Di acara ini, dipamerkan juga foto-foto tempat wisata dan sejarah-sejarah Kota Sawahlunto. Terus yang paling menarik dari Kota Tambang Budaya Sawahlunto apa sih ? Kita tanya lagi yuk sama pak Medi Iswandi.

“ Ini termasuk tradisi minang kan pak ? Iyah betul, seperti tradisi makan Bajamba kita memperlihatkan kebudayaan adat Minang, kebetulan kita punya even setiap satu Desember, kita makan Bajamba tapi 20 ribu orang, tetapi kalau di Sawahlunto nya sendiri makan bersama dengan berbagai macam adat setiap ulang tahun kota. Mereka nanti memakai pakaian adat, mau Jawa, Batak, Sunda, Cina semuanya kumpul.”
Keren tuh, budayanya bisa gak yah ditiru sama budaya lain ??
Sawahlunto juga punya kain songket yang disering disebut kain songket Silungkang. Terus bedanya Kain Songket Silungkang dengan yang ada kain songket lainnya apa yah ? Nah biar Ibu Aina seorang pengusaha Songket ini yang menjelaskan yah.

“ Asalnya Songket ini seluruh Sumatera dari Silungkang dari tahun 1340 sudah nenun orang Silungkang, sudah ada piagamnya dari Belanda. Jadi saya tuh Photo-photo dari jaman Belanda itu masih ada. Lebih halus pokoknya. Membuatnya dengan alat tenun.”
Wah berarti tua juga yah budaya kain Songket Silungkang ini. Hebatnya lagi, kain songket ini konon merupakan kain Songket pertama di Sumatera. Kereenn.

Nah yang paling seru nih Sobat Teen yaitu, pagelaran musik nya. Yeeeaaay.
Salah satu panitia, Kak Novriadi kelihatan asik mainin alat musik pukul bernama Tambur dan Tasa.
Kata Kak Novriadi, musik ini biasanya dimainkan pada acara-acara perayaan Minang Sobat Teen.
“ Iyah itu adalah musik Khas Minang dan sudah di modifikasi tambahan alat musik Talempong. Berarti ini berapa orang yang memainkan, untuk memainkannya ini berkelompok. Semakin banyak Tamburnya semakin enak. Biasanya kalau ini dipake kalau ada pesta kalau ada mempelai laki-laki datang ke mempelai perempuan biasanya pake ini. Dan juga biasanya pake arak-arakkan.”

Wahhh pengen deh liburan ke Kota Sawahlunto kayaknya asik. Kita tanya yuk pendapat sobat teen yang datang ke acara ini gimana sih serunya ? Salah satunya Imam Ismail yang sekolah di SMP 3 Karawang. Dia juga keturunan Minang loh.

“ Liat pameran ini gimana ? Bagus, Tertarik gak untuk ngelesrarikan budaya Minang gak ? Mau. Kesenian apa yang mau dimainkan ? Main Musik. Terus yang paling unik apa sih ? Foto-foto sejarah Kota Sawahlunto.”

Tuhkan Seru, pasti asik deh kalau kita saling menjaga dan melestarikan budaya masing-masing daerah kita. 
Jangan samapai ntar diaku-aku lagi sama tetangga sebelah. Semangat.

Laporan ini dibuat sama Kak Erric Permana dari KBR68H.

sumber  : http://teenvoice.co.id/2013/01/07/budaya-sawahlunto-minang-yang-tiada-duanya/



Kamis, 10 Januari 2013

BARANG ANTIK SAMURAI JEPANG

Bapak Haji Sajiman sorang tokoh masyarakat kelurahan sungai durian kel durian II kota Sawahlunto, selain mejadi Ketua Kesenian Paguyuban Jawa dengan nama Group Bina Nada untuk Kesenian Campur Sari, Bina Satria untuk Kesenian Kuda Kepang dan Bina Laras untuk Kesenian Wayang Kulit, dia juga mempunyai salah satu barang antic “Samurai Jepang” yang sudah lama sekali dan masih terdapat sertifikat di gagang samurai tersebut. Sewaktu di Tanya perihal samurai tersebut, beliau belum berniat untuk menjual samurai tersebut melainkan untuk koleksi pribadi saja.

 Hulu atau gagang tempat sertifikat samurai

 Sertifikat Samurai Jepang










Amran Nur dan Sawahlunto

Oleh : Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar

Pertengahan tahun 2000, direktur PT Bukit Asam (BA) mendatangi saya dengan wajah murung. Ia menyampaikan berita sedih, yaitu  PT BA UPO (Unit Produksi Om­bilin) terpaksa ditutup. PT BA UPO terus-menerus me­ru­gi. Biaya operasional kegia­tan pertambangan ini terlalu ma­hal, jauh lebih tinggi di­ban­ding penghasilan yang di­peroleh.

Sebagai ketua Komisi VII DPR RI yang salah satu bi­dang tugasnya adalah ener­gi dan sum­ber daya mineral saat itu, saya cukup kaget dan ter­­pukul dengan berita itu. Be­­tapa tidak, Sawahlunto ada­l­ah kota yang denyut ke­hidupan ekonominya ber­asal dari tambang batu bara Ombilin (PT UPO). Tak kurang 55.000 jiwa penduduk Sawahlunto baik secara langsung maupun tak langsung menggantungkan kehidupan ekonomi mereka pada kegiatan tambang “emas hitam” ini. Jika sumber ekonomi mereka itu dicabut, bagaimana mereka bisa mencari nafkah untuk bertahan hidup?

Kami lalu membahas masa­lah ini secara serius dengan stakeholders terkait. Kami coba mencari solusi agar PT BA UPO tidak ditutup dan sekitar 55.000 jiwa masyarakat di daerah itu tetap memperoleh sumber mata pencarian. Namun hasilnya nihil, tak ada pilihan lain, PT BA UPO tetap harus ditutup. Alter­natif yang ada cuma satu, PT BA UPO ditutup secara bertahap, agar tidak terjadi kepanikan mas­yarakat Sawahlunto secara ke­seluruhan. Secara bertahap kegiatan PT BA UPO dikurangi, dan secara bertahap dilakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) terhadap karyawan PT BA UPO.

Saya ngeri membayangkan apa yang akan terjadi di Sawah­lunto di kemudian hari. Ribuan karyawan di PHK dan kehila­ngan pekerjaan. Daerah-daerah kering dan tandus terhampar di mana-mana, bekas kegiatan tam­bang. Kawah-kawah raksasa juga menganga di sejumlah tem­pat, juga bekas aktivitas tam­bang. Lahan tersebut men­jadi la­han mati, tak bisa lagi dig­unakan u­ntuk bertani. Sudah terbayang di kepala bahwa Sawah­lunto akan menjadi kota mati atau kota hantu yang ditinggal pergi penduduknya.

Pada saat genting seperti itu­lah Ir Amran Nur “dipinang” oleh DPRD setempat untuk men­jadi wali kota. Putra asli Ta­la­wi Sawahlunto lulusan Insti­tut Tek­­nologi Bandung (ITB) dan ber­­karir di sektor swasta di Ja­kar­ta dan lama tak pulang ke kam­­pung ini, juga tersentak me­lihat kondisi Sawahlunto saat itu. Sa­wahlunto yang dulu menga­lami kejayaan sejak zaman pe­me­rintahan Belanda (1888), kini se­gera akan menjelma men­jadi kota hantu.

Singkat cerita, Amran Nur ber­sedia menjadi wali kota Sa­wah­lunto dan bertekad ingin ber­­bakti untuk kampung hala­man­nya, meski pada awal­nya di­tentang keluarga. Ia resmi dilan­tik menjadi Wali Kota Sa­wah­lunto tahun 2003.

Apa yang dikhawatirkan itu, ter­nyata memang terjadi. Ri­buan masyarakat mulai mening­galkan daerah ini, pindah ke dae­rah lain untuk memperbaiki  eko­­nomi mereka, mencari peng­hi­dupan baru. Penduduk Sa­wahlunto menurut data stati­s­tik ber­jumlah sekitar 55.000 jiwa pada tahun 1995, menyusut dras­tis menjadi sekitar 50.000 jiwa pada tahun 2000 dan terus menyusut di tahun-tahun beri­kutnya.

Karena itu, Wali Kota Amran Nur memberi motivasi kepada masyarakat agar tidak putus asa dan tidak meninggalkan Sawah­lunto. Boleh saja usaha tam­bang batu bara tak lagi meng­hasilan uang, tapi bekas tam­bang batu bara masih bisa meng­hasilkan uang. Caranya ada­lah dengan menjadikan be­kas tambang yang penuh se­jarah beserta semua kom­po­nen yang menyer­tainya itu men­jadi objek wisata.

Lubang tambang Suro lalu dipoles dan dilengkapi dengan se­jumlah fasilitas, sehingga me­narik untuk dikunjungi wisa­tawan. Begitu juga stasiun kereta api dimodifikasi menjadi museum kereta api terbaik kedua di Indonesia setelah Ambarawa. Ba­ngunan-bangunan unik pe­ning­­galan Belanda yang ber­umur lebih dari seratus tahun direnovasi, sehingga menarik bagi wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Bagi masyarakat yang ling­kungannya berpotensi seba­gai objek wisata, pemda mem­beri­kan stimulan berupa dana untuk memperbaiki lingkungan me­reka tersebut secara mandiri. Se­dangkan investor yang ingin me­nanamkan modal di daerah ini baik di bidang perdagangan, perhotelan dan pariwisata, dibe­ri­kan berbagai kemudahan se­besar-besarnya.

Bagi masyarakat yang berge­rak di bidang pertanian, perke­bunan dan peternakan diberikan bantuan stimulan berupa bibit cokelat, pupuk atau bibit ternak. Untuk memperlancar aktivitas pertanian juga dibangun jalan-jalan ke lokasi tani yang diberi nama jalan 10 menit. Petani diberikan julukan pengusaha tani, untuk meningkatkan sema­ngat dan rasa percaya diri me­reka.

Kawah yang menganga dija­dikan danau buatan, lalu dileng­kapi dengan berbagai fasilitas wisata. Sebagian lahan gersang itu juga disulap menjadi arena olahraga dan pacuan kuda. Al­hasil, Sawahlunto telah memiliki se­jumlah objek rekreasi yang ter­kenal dan menyedot ribuan pe­ngunjung. Sebut saja water boom, Muarokalaban, atau ka­wa­san wisata Danau Kandi yang dikunjungi puluhan ribu sampai ratusan ribu pengunjung setiap tahunnya.

Kekhawatiran Sawahlunto men­jadi kota hantu hilang su­dah. Kini kehidupan ekonomi di kota berdiri sejak tahun 1888 itu kembali bergairah, baik di bi­dang pariwisata, perdagangan, mau­pun pertanian. Jumlah pen­duduk Sawahlunto yang se­belumnya sempat menurun dras­tis akibat eksodus, kembali nor­mal dan cenderung terus me­ning­kat. Kemajuan juga dira­sa­kan di bidang kesehatan, pen­didikan, agama dan budaya.

Inovasi dan terobosan yang dilakukan Wali Kota Sawahlunto be­serta perangkat daerah setem­pat tersebut mendapat apresiasi dari berbagai pihak, baik swasta maupun pemerintah. Atas pres­ta­sinya, majalah Tempo bulan De­sember 2012 memberikan peng­hargaan kepada  Ir Amran Nur sebagai 7 Wali Kota Pilihan di Indonesia (Bukan Wali Kota Biasa). Ia juga mendapat sejum­lah penghargaan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kemiskinan dan pengangguran di Sawahlunto terendah diban­dingkan kota/kabupaten lain se-Sumatera Barat.

Untuk memacu percepatan pe­m­­b­angunan dan mening­kat­kan kesejahteraan masya­ra­kat, kita memang butuh pimpinan daerah (bupati dan wali kota) yang campin, inovatif dan penuh dedikasi seperti Amran Nur. Melihat semangat dan fenomena yang ada, saya yakin umumnya bupati/wali kota yang memim­pin kota/kabupaten di Sumatera Barat saat ini adalah orang-orang pilihan, yang juga memiliki semangat dan daya juang tinggi. Buktinya, prestasi mereka telah ba­nyak bermunculan ke permu­kaan. Masing-masing kota dan kabupaten berlomba-lomba menunjukkan prestasi.

Kita berharap dan yakin pres­tasi itu terus berlanjut. 

Bagi kota dan kabupaten yang segera akan melakukan pemilihan wali kota/bupati. Sebaiknya pilihlah pemimpin yang memang memiliki kemam­puan memimpin dan berinovasi. Seperti hadis nabi, apabila jaba­tan disia-siakan dan suatu jaba­tan diserahkan kepada selain ahlinya, maka tunggulah kehan­curan. Pemimpin yang baik akan membawa kemaslahatan bagi umat­nya, sebaliknya pemimpin yang tidak baik akan membawa kehancuran. (*)





Radio Cimbuak.net