Kota Sawahlunto adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota yang terletak 95 km sebelah timur laut kota Padang ini, dikelilingi oleh 3 kabupaten di Sumatera Barat, yaitu kabupaten Tanah Datar, kabupaten Solok, dan kabupaten Sijunjung. Kota Sawahlunto memiliki luas 273,45 km² yang terdiri dari 4 kecamatan dengan jumlah penduduk lebih dari 54.000 jiwa. Pada masa pemerintah Hindia Belanda, kota Sawalunto dikenal sebagai kota tambang batu bara. Kota ini sempat mati, setelah penambangan batu bara dihentikan.
Saat ini kota Sawahlunto berkembang menjadi kota wisata tua yang multi etnik, sehingga menjadi salah satu kota tua terbaik di Indonesia.[3] Di kota yang didirikan pada tahun 1888 ini, banyak berdiri bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda. Sebagian telah ditetapkan sebagai cagar budaya
oleh pemerintah setempat dalam rangka mendorong pariwisata dan
mencanangkan Sawahlunto menjadi "Kota Wisata Tambang yang Berbudaya".[4]
Sejarah
Sejarah kota Sawahlunto dimulai pada tahun 1867, setelah Ir. Willem Hendrik de Greve yang ditugaskan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk melakukan ekspedisi ke pedalaman Minangkabau, menemukan kandungan batu bara di sekitar aliran Batang Ombilin, salah satu sungai yang ada di Sawahlunto.[5] Penemuan de Greve dilaporkan kepada pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1871. Kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1 Desember 1888 dengan membangun fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk mengeksploitasi batu bara di Sawahlunto. Sehingga 1 Desember diabadikan sebagai Hari Jadi Kota Sawahlunto.
Kota ini mulai memproduksi batu bara sejak tahun 1892.[6]
Seiring dengan itu, kota ini mulai menjadi kawasan pemukiman pekerja
tambang, dan pemukiman ini terus berkembang menjadi sebuah kota kecil
dengan penduduk yang intinya adalah pegawai dan pekerja tambang. Sampai
tahun 1898,
usaha tambang di Sawahlunto masih mengandalkan narapaidana yang dipaksa
bekerja untuk menambang dan dibayar dengan harga murah.
Untuk memudahkan pengangkutan batu bara keluar dari kota Sawahlunto menuju kota Padang, pemerintah Hindia-Belanda membangun jalur kereta api dengan biaya 17 juta Gulden. Sebelumnya pada tahun 1888, jalur kereta api beroperasi hanya sampai ke Muara Kalaban dan kemudian baru mencapai kota Sawahlunto pada tahun 1894.
Pada tahun 1918, kota Sawahlunto telah dikategorikan sebagai Gemeentelijk Ressort atau Gemeente atas keberhasilan kegiatan pertambangannya. Adanya angkutan kereta api juga mendorong produksi pertambangan batu bara, dimana pada tahun 1920 produksi batu bara dari hanya puluhan ribu ton menjadi ratusan ribu ton per tahun. Sehingga sampai pada tahun 1930, kota ini telah berpenduduk sebanyak 43.576 jiwa, di antaranya 564 jiwa adalah orang Belanda (Eropa).
Geografi
Bentang alam kota Sawahlunto memiliki ketinggian yang sangat
bervariasi, yaitu antara 250 meter sampai 650 meter di atas permukaan
laut. Bagian utara kota ini memiliki topografi yang relatif datar meski berada pada sebuah lembah, terutama daerah yang dilalui oleh Batang Lunto, dimana di sekitar sungai inilah dibentuknya pemukiman dan fasilitas-fasilitas umum yang didirikan sejak masa pemerintahan Hindia Belanda. Sedangkan bagian timur dan selatan kota ini relatif curam dengan kemiringan lebih dari 40%.
Kota Sawahlunto terletak di daerah dataran tinggi yang merupakan bagian dari Bukit Barisan
dan memiliki luas 273,45 km². Dari luas tersebut, lebih dari 26,5% atau
sekitar 72,47 km² merupakan kawasan perbukitan yang ditutupi hutan
lindung. Penggunaan tanah yang dominan di kota ini adalah perkebunan
sekitar 34%, dan danau yang terbentuk dari bekas galian tambang batu bara sekitar 0,2%.
Seperti daerah lainnya di Sumatera Barat, kota Sawahlunto mempunyai iklim tropis dengan kisaran suhu minimun 22,5 °C dan maksimum 27,5 °C. Sepanjang tahun terdapat dua musim, yaitu musim hujan dari bulan November sampai Juni dan musim kemarau dari bulan Juli sampai Oktober. Tingkat curah hujan kota Sawahlunto mencapai rata-rata 1.071,6 mm per tahun dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember.[7]
Daftar Walikota
Daftar Walikota yang memimpin kota Sawahlunto sejak pertama berdiri sampai sekarang:No. | Nama | Masa jabatan |
---|---|---|
1. | Achmad Nurdin, S.H. | 1965 s/d 1971 |
2. | Drs. Shaimoery, S.H. | 1971 s/d 1983 |
3. | Drs. Nuraflis Salam | 1983 s/d 1988 |
4. | Drs. H. Rahmatsjah | 1988 s/d 1993 |
5. | Drs. H. Subari Sukardi | 1993 s/d 1998 dan 1998 s/d 2003 |
6. | Ir. H. Amran Nur | 2003 s/d 2008 dan 2008 s/d 2013 |
1 Responses So Far:
salam kenal..
kunjungi kami untuk mengetahui apa potensi wisata yang menarik di sawahlunto, klik disini ya..
terima kasih
Posting Komentar