This is an example of a HTML caption with a link.
Tampilkan postingan dengan label Jadoel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jadoel. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 Desember 2023

Kawasan Silo Dulu dan Kini

Sawahlunto Dulu Dan Kini

=================

Kawasan Silo, 

Silo adalah sebutan untuk Tiga Buah Tabung Raksasa yang berada di tengah Kota Sawahlunto. Berfungsi sebagai Stcok Field atau tempat penumpukan batu bara yang telah selesai di proses pemilahan pada Zeefhuis atau Saringan dan proses pencucian pada Sizing Plant.

Dari Silo mengunakan Belt Conveyor lalu di distribusikan ke gerbong-gerbong kereta api menuju Pelabuah Teluk Bayur.

 





Jumat, 15 Desember 2023

Presiden Pertama Indonesia, Ir. Soekarno di Lapangan Ombilin Sawahlunto

 Presiden Pertama Indonesia, Ir. Soekarno Saat Berpidato Di Lapangan Ombilin Sawahlunto...


Sebagai kota Industri dan pernah menjadi metropolitan nya Sumatera Barat dengan keberadaan kandungan Batubara di kota Sawahlunto yang berimbas pada pembangunan infrastruktur secara besar-besaran oleh kolonial Belanda seperti pembangunan Pelabuhan Teluk Bayur dan jalur transportasi kereta api, kota yang telah diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO ini mendapat perhatian khusus dari pemimpin pemerintahan mulai dari Gubernur Jendral Hindia Belanda sampai Presiden RI setelah Republik Indonesia Berdiri.
Seperti yang tampak pada foto dibawah ini, terlihat Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno sedang berorasi dilapangan Ombilin Sawahlunto pada hari Sabtu tanggal 21 Juli 1951 dimana kedatangannya berikut rombongan tersebut dimuat dalam pemberitaan berbagai media massa salah satunya pada surat kabar De' Preanger Bode, terbitan tanggal 24 Juli 1951.
Berikut artikelnya :
"In het land van Minangkabau"
In Solok en Sawahlunto was het feest voor allen.
enz...enz...enz
Disambut pesta di Solok.
Saat Presiden keluar dari mobilnya, ia disambut oleh sekelompok penari yang menampilkan Pentjak ...
Di serambi depan para kepala adat menunggu tamunya dalam tatacara yang bermartabat dan megah dengan Istri mereka yang mengenakan jubah hitam mahal bersulam emas.
Seusai pidato pengantar oleh Ruslan Abdulgani, Ir. Sukarno menyampaikan pidatonya, ia menceritakan pengalamannya saat datang ke Solok tiga tahun yang lalu dimana kala itu Solok berada di tangan Republik, berbeda dengan Padang yang berada di bawah kekuasaan Belanda. ...
Ke Sawahlunto
Rumah-rumah indah yang dihias secara artistik di wilayah antara Solok dan Sawahlunto jelas menunjukkan kemakmuran penduduknya. Yang mengejutkan, masyarakat yang menyambut Presiden di sana sebagian besar terdiri dari perempuan dan anak-anak.
Di lapangan olah raga kota yang padat oleh penduduk di lembah Ombilin ini, banyak sekali massa menantikan kedatangan Presiden untuk mendengarkan pidato tentang kemerdekaan yang baru diraih ...
...énz...enz
Foto : ANRI



Minggu, 26 November 2023

GPM Sawahlunto 1920


Gedung ini dibangun pada tahun 1910 dengan nama "Gluck Auf" . Berfungsi sebagai tempat perkumpulan dan hiburan (societeit) bagi pejabat pemerintah kolonial Belanda. Gedung ini juga pernah disebut dengan Gedung Bola karena pada salah satu sisi bangunannya dijadikan sebagai tempat bermain olahraga boling dan biliar.


Setelah Indonesia merdeka, gedung ini menjadi aset milik PT Bukit Asam.

Sebelum tahun 2005, gedung ini pernah dijadikan sebagai kantor oleh Bank Mandiri. Setelah dilakukan revitalisai, pada tanggal 1 Desember 2006 bertepatan dengan Ulang Tahun kota Sawahlunto ke 118, gedung ini dijadikan sebagai Gedung Pusat Kebudayaan Kota Sawahlunto yang diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Jero Wacik dan didampingi oleh wali kota Sawahlunto Ir. H. Amran Nur.

Pada 3 November 2022, gedung ini dilahap si jago merah dan belum diperbaiki hingga hari ini , Selasa 21 November 2023




Minggu, 20 Januari 2019

Jadoel #7 - Rumah Sakit Ombilin

Rumah Sakit Ombilin
Pada tahun 1880 sebuah rumah sakit didirikan di Sawahlunto (Sumatera Barat) oleh tambang batubara Ombilin milik Pemerintah. Pada masa tersebut ini adalah Rumah Sakit Terbaik di Kasawan Sumatra Bagian tengah

Gambar ini bersumber dari koleksi foto KITLV dengan no registrasi 53825 produksi sekitar tahun 1925. Gambar ini diambil pada saat kepergian direktur medis J.K.W. Kehrer pada 28 Januari 1927 ke Belanda. 

Sawahloento adalah subdepartemen dan kabupaten dengan kota utama dengan nama yang sama dari departemen Solok, Karesidenan Sumatra Barat. Subdirektorat memiliki asisten Residen yang tinggal di Sawahloento. Populasi adalah sekitar 44.000 jiwa di antaranya 564 orang Eropa dan 650 Cina. Kota ini terletak di jalur kereta api. Perusahaan pertambangan dinamai sungai Oembilin, cabang Batang Sinamar (Gonggryp 1934, 982 dan 1272).

rujukan :
https://historicalhospitals.com/hospitals-2/company-hospitals/hospital-ombilin-mines/



Selasa, 16 April 2013

Jadoel 6# Tambang Luar Batu bara Sawahlunto

Dagbouw in de steenkolenmijn Ombilin bij Sawahloento
Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.

Sawahlunto adalah salah satu Kota Penghasil Batubara terbesar di Sumatra Barat yang berjarak sekitar 90 Km dari Kota Padang. Batu Bara sudah mulai di expoitasi sejak tahun 1880 sejak ditemukan oleh salah seorang arkeolog Belanda bernama Ir. William De Greve. saat itulah mulai pengembangan insfratruktur Kota Kuali ini.

Pada Kolom Sawahloento Jadoel kali ini, tim Palanta Budaya akan kembali menurunkan sebuah foto lama yang berjudul "tambang luar batu bara" di Kota Sawahlunto, foto yang diperkirakan di ambil sekitar tahun 1910 menggambarkan suasana saat penambangan batu bara didepan mulut lubang tambang, para pekerja nampak sedang di kawal oleh Mandor. Batu Bara yang selesai gali dikumpulkan kedalam gerobak dan siap dijalankan menuju stockfield yang akan ditarik dengan menggunakan tenaga kuda.





Kamis, 21 Februari 2013

Jadoel #5 - Pembangkit Listrik Sawahloento

Ruangan Pembangkit Listrik di Sawahlunto
Pertumbuhan Infrastruktur di Kota Sawahlunto berkembang pesat yang dipicu setelah ditemukannya harta karun emas hitam di lembah soegar pada awal abad 19. Sejalan dengan itu untuk menggerakan menggerakan berbagai mesin dan teknologi pertambangan saat itu, maka pemerintah kolonial belanda membangun sebuah pembangkit listrik tenaga uap (central electrich) yang dibangun pada tahun 1894, yang mana sebagai bahan bakarnya adalah batu bara hasil pertambangan dari Perut bumi Sawahlunto di bantu dengan aliran sungai batang lunto yang berada dekat dari pembangkit tersebut.
Menurut buku Sawahlunto: Dulu, Kini, dan Esok yang ditulis Wannofri Samry dkk (2005), pada saat didirikan, Central Electrich ini tercatat sebagai pembangkit listrik terbesar di Sumatera. Daya listrik yang dapat dihasilkan alat ini adalah 20.000 megawatt hoog spaning. Bangunan itu dibangun para teknolog kolonial yang handal dan dikonstruksi dengan begitu terencana. Alat-alatnya, seperti besi, semen putih dan generatornya, didatangkan dari Jerman. 
Mesin ini bekerja dengan menggunakan air Batang Lunto yang yang mengalir di samping bangunan. Air dialirkan dengan pipa-pipa besi ke dalam ruang bawah tanah di mana terdapat dapur (kitchen) berupa tangki untuk pemanasan agar memproduksi uap. Pemanasan dilakukan dengan membakar batubara. Sedangkan Sisa pembakaran dikeluarkan melalui cerobong asap dari semen setinggi 70 meter. 

Sesuai dengan judul yang diangkat tim Palanta Budaya pada kolom Jadoel edisi ke 5 ini adalah "Pembangkit Listrik Sawahlunto" berasal dari koleksi foto oleh halaman KITLV dengan judul asli "Ketelhuis in de elektrische centrale te Doerian bij Sawahloento", penulis mencoba menghubung kan foto yang di buat pada sekitar tahun 1915 dengan sejarah Masjid Nurul Agung yang dahulunya adalah bekas PLTU. Belum ada data valid tentang foto tersebut apakah peralatan pembangkit listrik tersebut adalah bagian dari peralatan pembangkit yang dulu nya berada di PLTU.
Untuk sementara  Penulis mempunyai dugaan yang kuat bahwa foto tersebut adalah PLTU yang berada di Mesjid Nurul Agung yang berlokasi di Kelurahan Kubang Sirakuak Utara Kecamatan Lembah Segar, karna arti dari Judul foto tersebut adalah "Boiler kamar di pembangkit listrik ke Durian di Sawahloento" yang menyatakan posisi pembangkit tersebut di daerah Sawahlunto untuk mengalirkan listrik ke daerah Durian yang masa itu juga jadi pusat pertambangan dan pemukiman masyarakat buru tambang.

Demikian lah yang dapat kami sajikan pada edisi ini, mungkin ada kritik dan saran guna memperbaik tulisan dan data dari kami, sehingga menjadi pengayaan bagi perkembangan Sejarah Kota Tua Sawahlunto


rujukan
http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Agung_Nurul_Islam
http://www.padangkini.com/index.php?mod=wisata&id=3783




Selasa, 12 Februari 2013

Jadoel #4 - Apotek Rumah Sakit Ombilin

Aktivitas di Apotik Rumah Sakit Ombilin 1925
Perkembangan Kota Sawahlunto yang dimulai sejak ditemukannya Deposit batu bara yang mulai di eksploitasi sejak tahun 1876 oleh salah seorang ahli geologi German bernama Ir. Willliamg De Greve, dari tahun ke tahun melengkapi sarana dan prasarana kehidupan sosial di Kota ini, seperti Rumah Sakit dan Apotik serta mendatangakan Tenaga kesehatan dan tenaga Medis lainnya dan juga obat obatan dari negri Belanda.

Pada kesempatan Kolom Jadoel ke 4, tim Palanta Budaya kembali mencoba menurunkan sebuah foto lama seputar kota Sawahlunto ini yang kali ini menngambarkan aktivitas di Apotek Rumah Sakit Ombilin Kota Sawahlunto sekitar tahun 1925. nampak dibagian depan beberapa orang sedang menyiapkan obat obat yang diperkirakan adalah untuk para pekerja buruh kontrak dan para mandor pertambangan, dibelakang nampak seorang wanita bule bisa jadi tenaga apotekr dari Belanda sebagi Kepala Apotik Rumah Sakit Ombilin Pada Saat itu.

Judul Asli Foto ini adalah "Apotheek van het Ombilinmijnen-hospitaal te Sawahloento" artinya Apotik Rumah Sakit Ombilin di Sawahlunto, Pemilik Foto adalah Kehrer, F.F.W. Foto ini di Akuisisi kembali oleh KITLV pada tanggal 08/09/2000 dengan ukuran 11,5x17,5 cm. Foto ini adalah Souvenir dari salah seorang staf Rumah sakit Ombilin yang diberikan pada saat Perpisahan Seorang dokter yang bernama Dr. J.K.W. Kehrer pada tanggal 28 Januari 1927.


Demikianlah Kolom Jadul edisi ke empat yang dipersembahakan tim Palanta Budaya ini, semoga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita bersama tentang sejarah dan perkembangan Kota Sawahlunto dari masa ke masa. (syukri)

Sumber foto dan informasi disini



Jumat, 08 Februari 2013

Jadoel #3 - Sawahlunto dengan di Latar Belakang Kereta Api

Sawahloento met op de achtergrond de spoorlijn

Pada kesempatan ini di Kolom "Sawahlunto Jadoel" edisi 3, tim Palanta Budaya akan menurunkan sebuah foto Lama lagi sebagaimana yang telah terbit sebelumnya dengan judul Jadoel #1 - Kantor PT.BA dan Jadoel #2 - Stasiun Kereta Api Muaro kalaban, yang mana kemudian akan terus kami update foto foto jadul Seputar Sawahlunto lainnya.

Pada bagian tengah Foto dapat kita lihat bangunan ala Belanda yang saat ini bernama Gedung Kantor PT.Ba Upo Ombilin, dulunya gedung ini akrab disebut  dengan nama "Ombilin Meinen". dari dulu hingga sekarang fungsinya masih sama sebagai kanto utama pertambangan.

Jika dilihat lagi di bagian tengah atas foto bertepatan dengan Gedung Kantor PT.BA Upo, di situlah posisi Stasiun Kereta api sebagai moda pengangkut Batu Bara yang ditambang dari Sawahlunto dibawa menuju Pelabuhan Teluk Bayur yang dulu bernama "Emmahaven" yang kemudian emas hitam tersebut di ekspor keberbagai negara Eropa.

"Sawahloento met op de achtergrond de spoorlijn" itu lah judul Asli foto ini yang kami kutip dari halaman KITLV (info dan alat detail klik disini), diperkirakan foto ini di buat sekitar tahun 1910 an oleh salah seorang yang tidak diketahui namanya berasal dari Antiquariaat Minerva / Den Haag. Posisi pengambilan foto ini di seputaran Gunuang Timbago.

Sekian dulu sedikit ulasan kami pada Kolom "Sawahlunto Jadul" edisi 3 ini, nantikan edisi selanjutnya dengan foto foto jadul yang mungkin belum pernah anda temui. kami juga menerima saran dan kritik dengan lapang hati tentang tulisan atau deskripsi dari foto ini. terima kasih. (syukri)




Jumat, 01 Februari 2013

Jadoel #2 - Stasiun Kereta Api Muaro kalaban

Stasiun Kereta Api Muaro Kalaban
Kali ini tim "Palanta Budaya" coba menyajikan satu lagi Foto Jadul (jaman dulu) seputar Kota Sawahlunto. foto yang diangkat sekarang adalah Stasiun Muaro Kalaban, yang berjarak kurang lebih 5 km dari pusat Kota Sawahlunto. foto ini kami temukan pada halaman http://kitlv.pictura-dp.nl/all-images/indeling/detail/start/3?f_trefwoord[0]=Sawahlunto (silahkan di klik untuk detail informasi), dimana stasiun muaro kalaban adalah stasiun ke dua yang akan dilewati jika naik kereta api dari stasiun Kereta Api Sawahlunto.

judul asli foto ini adalah "Autobusdienst van de Staatsspoorwegen ter Sumatra's Westkust tussen Moearakalaban en Laboeh", diperkirakan foto ini sekitar tahun 1935, terlihat di situ alat transportasi darat lainnya seperti mobil (kalau sekarang seperti angkot atau angdes) dan bendi (kuda menarik gerobak atau gokar) alat tersebut siap mengantar penumpang yang turun dari Kereta Api ke desa atau daerah lain di sekitar muaro Kalaban. 

menurut informasi halaman sumber yang bisa kami tangkap, foto ini adalah hadiah dari   ir C.L. de Voogt pada perpisahan sebagai Kepala Operasi dari State Railways di pantai barat Sumatera dari April 1933 sampai Agustus 1935 dari Kepala stasiun Sebelumnya.


Sekilas tentang Stasiun Muaro Kalaban 
Stasiun Muara Kalaban (MKB) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Muaro Kalaban, Silungkang, Sawahlunto. Stasiun yang terletak pada ketinggian +223 m dpl ini berada di Divisi Regional 2 Sumatera Barat. Stasiun ini merupakan titik perjalanan kedua lokomotif Mak Itam yang berangkat dari Sawahlunto untuk wisata menuju kampung tenun Silungkang. Selain itu, kereta api Wisata Danau Singkarak yang menuju Padangpanjang juga berhenti di stasiun ini.
Dari stasiun ini, dahulu terdapat percabangan rel menuju Muaro. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, rel itu juga sampai ke Pekanbaru, dibangun oleh romusha. Namun, sebagai akibat dari konstruksi yang buruk, rel ini akhirnya musnah oleh keganasan alam.
Jarak Stasiun Muara Kalaban sampai Sawahlunto adalah 7 km. Di antara kedua stasiun tersebut, terdapat terowongan sepanjang 2 km yang lazim disebut sebagai Lubang Kalam. sumber wikipedia

Foto Stasiun Muaro Kalaban Saat ini

Stasiun Muaro Kalaban Saat Ini
Kereta Api "Lokomotif Uap"  di depas stasiun Muaro Kalaban







Selasa, 29 Januari 2013

Jadoel #1 - Kantor PT.BA

Kantoor van de steenkolenmijn Ombilin te Sawahloento

  Bangunan ini masih berdiri kokoh sampai sekarang yang di gunakan sebagai Gedung Kantor PT,BA Upo Ombilin. Gedung PT.BA ini merupakan Landmark Kota Sawahlunto karna mampu memberi Persepsi dan orientasi bagi setiap pengamat. hal itu terjadi karena skalanya lebih besar dibanding gedung tua bersejarah peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda Lainnya.

foto di Atas diperkirakan di jepret pada tahun 1910, Pada masa masa kejayaan Batu Bara di Sawahlunto beberalama setelah di temukan oleh Willian De Greve.

Sumber Foto : klik disini





Radio Cimbuak.net