Workshop Konservasi Museum dilaksanakan
oleh Dinas Pariwisata Sawahlunto Sumatera Barat di Museum Goedang
Ransoem, pada 19 Desember 2012. Dalam workshop itu dihadirkan
narasumber Dewi Turgarini seorang dosen pariwisata pada Universitas
Pendidikan Indonesia, yang juga anggota Badan Pelestarian Pusaka
Indonesia yang memiliki kepakaran pada Museum Marketing.
Pada awal pemaparan disampaikan bahwa berdasarkan pengertian museum berdasarkan International Council of Museums (ICOM),
museum adalah Institusi, permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik,
dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian,
mengkonservasi, melakukan riset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda
nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan
kesenangan.
Realitasnya saat ini museum beroperasi
di pasar yang berubah dan kompetitif. Oleh karena museum memiliki peran
penting untuk berperan dalam pendidikan, industri hiburan, pembangunan
daerah, kohesi masyarakat dan dapat menarik pengunjung. Museum saat ini
banyak yang gagal untuk sepenuhnya mengembangkan dan menerapkan strategi
pemasaran modern. Beragam upaya penciptaan atraksi tambahan dilakukan
di berbagai museum di Indonesia dan mancanegara seperti Museum Geologi
Bandung yang menampilkan mesin canggih touch screen, adanya system sound
system dan audio visual yang atraktif, belum lagi adanya café yang
menyediakan makanan dan minuman juga souvenir yang beraneka ragam. Lain
lagi dengan yang dilakukan oleh Museum Fatahilah Jakarta yang
menciptakan atraksi penyewaan beragam jenis sepeda , topi disertai
souvenir shop yang dilengkapi dengan aneka merchandise hingga buku-buku
yang menampilkan sejarah kota tua Jakarta. Museum Istana Maimun di Kota
Medan walaupun belum terawat dengan baik sudah menyediakan layanan
penyewaan baju khas Melayu disertai pernak-perniknya yang mendapat animo
yang cukup tinggi.
Lain lagi yang dilakukan oleh A Tjong A
Fie Mansion di Kota Medan, yang merupakan milik pribadi keluarga besar A
Tjong A Fie yang merupakan keturunan Cina membuka rumahnya untuk
menerima kunjungan dari masyarakat umum dengan menjual atraksi Meeting
dan penyewaan tempat bagi beragam event. Mansion ini pun membuat
paket-paket makanan dan minuman serta menjual kebaya encim dan kain
batik. Belum lagi upaya yang dilakukan oleh Museum Harry Dharsono,
yang mendisplay pakaian adibusana dan aneka pernak-perniknya yang
koleksi tertentunya dapat dipakai pengunjung.
Museum di mancanegara seperti Museum
Zhoukoudian di negara Cina memiliki keunikan yang lain pula dengan
adanya ikat kepala hologram yang apabila dipakai untuk melihat ke layar
akan terlihat si pengguna menjadi karakter berbagai binatang. Sedangkan
Museum Ramen di Kota Yokohama Jepang, yang menampilkan kekuatan
gastronomi atau kuliner khas bangsa mereka yaitu Mie Ramen. Di museum
ini mereka menampilkan living museum yang menampilkan aneka restoran
ramen dengan keunikan masing-masing dengan bertema di masa lampau.
Disini para pengunjung dapat menikmati makanan Mie Ramen secara langsung
dan dilengkapi dengan sistem pemesanan yang otomatis saat memesan
makanan di mesin pemesanan menu yang diinginkan.
Perlu diperhatikan tata kelola museum
yang lebih organik daripada yang mekanik. Apabila memang ada program
yang ingin menampilkan atraksi tertentu yang terkendala oleh sumber daya
manusia juga sumber daya financial perlu dibangun kemitraan antara
industri dengan museum dengan kesepakatan yang saling menguntungkan dan
tidak merusak visi dan misi Museum Goedang Ransoem itu sendiri.
Inilah Alasan Pengunjung Datang Ke Museum
Para pengelola museum patut mengingat
adanya faktor pendorong dari segi sosial yaitu pertama adalah yang dapat
memotivasi pengunjung untuk tertarik dengan bangunannya. Kedua perlu
mempertimbangkan keinginan para pengunjung untuk melihat atraksi utama.
Ketiga perlu diperhatikan apakah museum sudah menjadi tempat yang
menyenangkan untuk menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga.
Keempat sudahkan pengelola mempermudah para pengunjung melakukan
aktivitas berbelanja, makan dan minum dengan kualitas produk yang unggul
khas Kota Sawahlunto dan icon museum itu sendiri.
Kemudian secara intelektual pertama
dapat mendorong anak-anak agar tertarik kepada seni, sejarah dan
budaya. Kedua meningkatkan pengetahuan individu pengunjung. Ketiga
meningkatkan ketertarikan personal pada subjek tertentu di museum.
terakhir dapat meningkatkan minat para akademisi dan profesional yang
tertarik kepada subjek tertentu di museum.
Secara emosional pengelola diharapkan
pertama akan dapat memotivasi orang untuk mendapat pemahaman tertentu
tentang orang, budaya dan lain-lain, Kedua dapat mengingatkan pengunjung
akan kehidupan pada masa lalu. Ketiga dapat mendorong para pengunjung
dapat merasakan kehidupan pada masa lalu. Keempat dapat mendorong
pengunjung memiliki rasa yang kuat akan hubungan atau identitas sebagai
komunitas, dan bangsa Indonesia. Kelima dapat merubah pengalaman
emosional pengunjung. Keenam dapat melihat hal yang menarik dan
mengagumkan, Melihat sesuatu yang indah dengan tata letak yang menarik.
Terakhir secara spiritual pengelola diharapkan dapat memotivasi
pengunjung agar dapat menstimulasi kreatifitas diri dan kontemplasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
pada tahun 2006 terdapat 25 indikator hasil penelitian terhadap minat
kunjungan wisatawan yaitu keistimewaan, penanganan Keluhan, tingkat
penganjuran , kelengkapan, ketepatan karyawan, kebersihan, komunikasi
karyawan, kenyamanan, promosi , pengalaman, interior gedung, harga ,
keamanan, sistem pembayaran, kebijakan, lokasi strategis , jaminan,
informasi produk , pengetahuan , pengetahuan karyawan, keinginan
berkunjung, keramahan karyawan, kemampuan berkunjung, transportasi ,
tingkat penolakan.
Perlu adanya ‘Kreativitas’ sebagai
upaya untuk menghasilkan ide baru dengan cara melihat permasalahan yang
ada saat ini, melihat peluang baru, atau mengeksploitasi keberadaan
teknologi baru dan perubahan pasar ( Cox Review of Creativity in
Business: building on the UK’s strengths Dec, 2005, Sir George Cox) dan
kemampuan untuk menghasilkan karya yang baik (yakni, original, tak
terduga) dan sesuai (yaitu, berguna, adaptif mengatasi kendala saat
bertugas ) (Handbook of creativity, halaman.3).
Perlu diperhatikan paparan Amabile pada
tahun 1996 yang mendefinisikan inovasi dan memiliki keterkaitandengan
kreativitas, yaitu bahwa “Setiap inovasi dimulai dari ide kreatif…
Kreativitas nyang dimiliki oleh individu dan team merupakan titik awal
dari proses inovasi; yang pertama adalah penting namun kondisi tersebut
tidak cukup untuk kondisi yang kedua”. Inovasi harus menjadi
suatu proses yang membawa ide baru tersebut menjadi produk museum yang
baru, pelayanan jasa museum yang baru, dan cara baru museum dalam
mengelola museum. Tentunya hal tersebut membutuhkan komponen Kreativitas
Individual adalah keahlian dalam melakukan tugas di museum, kreatifitas
keterampilan dalam melaksanakan tugasnya, dan pengelola memiliki
motivasi intrinsik untuk membuat museum menjadi objek yang memperhatikan
faktor pendorong pengunjung berminat dating ke museumnya.
Pengelola perlu memiliki kekuatan
inovasi yaitu pertama dapat menjelaskan dan menentukan masalah untuk
dipecahkan, kedua mampu membentuk atau membuat pengertian dengan ide
yang baru di museum. Ketiga mampu mengembangkan program yang ada di
museum dengan menyempurnakan ide menjadi solusi yang kuat agar museum
menarik. Keempat mampu merancang rencana kedalam tindakan dan program
yang implementatif. Jelas bahwa pengelola Museum Goedang Ransoem harus
memiliki empat preferensi kemampuan clarifier Diagnostic Thinking,
Ideator Visionary Thinking , Developer Evaluative Thinking, Implementer
Tactical Thinking dari semua level pegawainya.
Menjadi sebuah proses membuat perubahan
dalam museum untuk atraksi yang yang baru dengan berprinsip pada
pelayanan jasa. Perlu adanya inovasi yang positif dari museum agar
membuat perubahan untuk sesuatu yang didirikan dengan memperkenalkan
sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah kepada pengunjung museum
dengan tentunya memperhatikan konsep keberlanjutan baik bagi pengelola
maupun publik. Inovasi yang memperhatikan pertumbuhan yang
berkelanjutan penting karena dapat meningkatkan omset dan juga
meningkatkan efisiensi, kualitas produktivitas dan lainnya.
Sebagai objek wisata tentunya para
pengelola museum perlu memahami karakteristik inovasi sebagai produk
jasa, yaitu Museum Goedang Ransoem harus memiliki Originalitas. Kemudian dapatkan museum dapat menyelesaikan
masalah atau bersiap menghadapi tantangan pengelolaan. Apakah program
yang dilaksanakan memang benar-benar berguna dan praktis, dan dapat
diikerjakan. Selain itu apakah memang museum ini memberikan nilai dengan
biaya yang efektif. Sebagai elaborasi dan sintesisnya tentunya program
museum perlu dimengerti, dipresentasikan dengan baik, memiliki
atraktifitas dan kredibel agar orang mau berkunjung bahkan mengeluarkan
uang dari produk museum yang dikomersialisasikan.
Saatnya museum bertransformasi merubah
persepsi dari tempat penyimpanan barang kuno menjadi tempat rekreasi
yang menyenangkan dan sumber ilmu pengetahuan melalui Gerakan Nasional
Cinta Museum (GNCM). Modern marketing means customer collaboration (kolaborasi pelanggan) misalnya Wisata edukasi ke museum. Memahami key trends pemasaran moderen dengan berdasarkan demografi, sosial, politik, ekonomi, fisik . Reengineering/rekayasa ulang memerlukan penyiapan secara fisik , dan manajemen, jaringan, serta pencitraan .
Buatlah pengunjung dapat mencintai museum dengan melakukan partisipasi dari pemasaran, product, place, promotion and price.
Janganlah lelah untuk selalu mendengarkan dan sadarilah bahwa setiap
karyawan adalah seorang manajer merek. Mulailah menggunakan teknologi
untuk mensosialisasikan dan melaksanakan program yang ada dalam museum
dengan mendasarkan pada tujuh pilar pemasaran museum. Tujuh pilar
tersebut adalah selalu mengelola berdasarkan visi, berorientasi
pencitraan, berorientasi pada hasil, selalu memperhatikan berbagai aspek
yang Interdisipliner, dapat memberikan pencerahan, selalu Interaktif,
dan mampu memberikan personalisasi pengalaman kepada para pengunjung.
Terdapat tiga kondisi yang harus
dilakukan oleh museum. Pertama semua aktivitas museum harus fokus
kepada kepuasan dan ekspektasi konsumen. Kedua perlunya tim yang
terintegrasi daris eluruh staf museum. Perlu adanya orientasi pemasaran
museum untuk disukseskan yang berdasarkan perencanaan strategis
pemasaran museum. Semua pegawai harus memiliki peran dalam memasarkan
museum. Dan percaya mereka dapat memberikan kualitas pelayanan yang
dibutuhkan dan diinginkan oleh stakeholder museum. Ketiga pengelola
museum harus percaya dengan misi yang dapat diraih dari kepuasan
pengunjung dan konsumen dengan mindset yang sama.
Pengembangan pemasaran museum perlu
mengembangkan mindset pemasaran berdasarkan minat pandangan museum dari
mata pengunjung dan menyesuaikan fasilitas dan program yang dapat
disesuaikan oleh kebutuhan dan keinginan mereka. Lalu museum harus
melihat keluar dari pandangan perusahaan untuk melihat kebutuhan dan
ekspektasi dari masyarakat umum terhadap seluruh aspek yang ditawarkan
museumnya.
Framework pemasaran pariwisata bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan yang ada di museum untuk pengunjung
biasa, dan sementara itu mengantisipasi kebutuhan pengunjung baru yang
potensial. Museum pun perlu memenuhi tuntutan yang beraneka macam dan
bahkan bertentangan dari jumlah pengunjung yang semakin meningkat>
Museum harus mempertimbangkan sumber pendapatan dan aktivitas relawan
apabila memang ada sementara mempertahankan tingkat relevansi
akuntabilitas dan masyarakat. Museum pun harus memenuhi kriteria
pendidikan, budaya dan sosial yang ditetapkan oleh lembaga pendanaan dan
donor. Jangan lupa menunjukkan kualitas hidup yang positif dan
bermanfaat. Pastikanlah pengunjung membeli dan menumbuhkan rasa memiliki
dari semua stakeholder. Harus mampu pula mengubah persepsi eksternal,
dan internal, sesuai dengan perumusan visi dan misi Museum Goedang
Ransoem. Ingatlah bahwa perubahan itu norma dan harus bersiap
menghadapi apapun dengan menjaga semangat pelestarian sejarah bangsa
kita.
sumber : klik disini
0 Responses So Far:
Posting Komentar